Seluruh umat islam telah
menerima paham bahwa hadits Rasulullah S.A.W. itu sebagai pedoman hidup yang
utama setelah al-Qur’an. kedudukan hadits terhadap al-Qur’an adalah sebagai
bayan tafsir atau sebagai penjelas terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang sulit
difahami oleh keumuman kaum muslimin, merinci ayat-ayatnya yang mujmal, mentakhsis
ayat-ayatnya yang bersifat umum, membatasi ayat-ayatnya yang mutlak, dan
adapula yang menasakh ayat-ayatnya yang mansukh. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam ayat al-Qur’an itu sendiri yaitu dalam surat al-Nahl
ayat 44 bahwa Rasulullah S.A.W. bertugas untuk menerangkan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan perkataannya, perbuatannya, sifat dan persetujuannya atau yang kita
sebut al-Sunnah / al-Hadist, “... dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar
kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan,”
Meskipun hadits berfungsi
sebagai penjelas al-Qur’an, namun keauthentikan hadits tidaklah terjaga
sesempurna al-Qur’an yang secara langsung dijamin keasliannya oleh Allah S.W.T..
Terlepas dari sejarah penulisan hadits terjadi belakangan daripada al-Qur’an
karena untuk menjaga kemurnian al-Qur’an agar tidak tercampur dengan teks
hadits, pada kenyataannya kita banyak menemukan hadits-hadits yang kualitasnya dhaif
(lemah) dan ghairu ma’mul bih (tidak boleh diamalkan) bahkan banyak
ditemukan hadits-hadits palsu yang dibuat oleh musuh-musuh Islam untuk
menimbulkan fitnah terhadap kaum Muslimin. Oleh karena itu, para ulama alhi
hadits telah menyusun sebuah disiplin ilmu yang bertujuan agar tidak salah
dalam mengambil sebuah hadits dan mengamalkannya. Ilmu itu yang disebut Musthalah
al-Hadits.
Terdapat banyak sekali
karya para ulama ahli hadits yang telah lalu dalam Musthalah al-Hadits.
Hampir kesemuanya berbahasa Arab. Dan setiap orang yang ingin memperdalam
mengenai Musthalah al-Hadits, sudah menjadi syarat utama bahwa dia harus
menguasai terlebih dahulu bahasa Arab keseluruhannya. Hal ini menjadi masalah
ketika orang yang baru mengenal ilmu hadits sementara dia belum menguasai
bahasa Arab. Ia merasa kesulitan dan susah untuk mempelajarinya. Dengan
berbekal kemampuan dan pengalamannya sebagai dosen Ilmu Musthalah al-Hadits
di beberapa fakultas IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta khususnya di Fakultas
Tarbiyah, Drs. Fatchur Rahman mencoba membuat sebuah ringkasan mengenai ilmu Musthalah
al-Hadits dari kitab-kitab induk Musthalah al-Hadits kedalam bahasa Indonesia. Karyanya ini kemudian diterbitkan oleh PT al-Ma’arif
Bandung pada tahun 1974 menjadi sebuah buku dan menjadi pedoman untuk
pembelajaran ilmu hadits bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dan juga bagi setiap muslim yang hendak memperlajari ilmu Musthalah
al-Hadits namun terkendala penguasaaan bahasa Arab.
Resensi Buku tersebut
secara lengkap dapat di download disini
[Tugas Ullumul hadits IV,
Studi Matan Hadits, Semester 4]
0 komentar:
Posting Komentar